Chapter 4. Otoritas dan Ketaatan

Narasi Vol 6 Chp 4 Authority and Docility , tentang ketaatan.

Principle no 3. Concepts of authority and obedience are true for all people whether they accept it or not. Submission to authority is necessary for any society or group or family to run smoothly.

Ketika mengikuti workshop Habit of Obedience dengan Ellen Kristi sebagai nara sumbernya, saya sungguh tertarik dengan konsep Charlotte Mason tentang hal ini. Otoritas dan ketaatan diperlukan dan harus berjalan seimbang. Anak selalu mencari otoritas, dan mereka secara alami ingin taat. Lalu anak harus taat dengan sadar dan bangga.

Saya tertarik karena prinsip ini adalah aplikasi dari beberapa ayat Firman Tuhan yang saya baca perihal ketaatan dalam buku Orangtua. Ketika membaca buku-buku ini, saya banyak bingung dengan bagaimana aplikasinya, apa yang harus dilakukan, karena ini sangat konseptual. Tapi dengan paparan Charlotte Mason, hal ini menjadi lebih jelas.

Yohanes 17: 19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.

Tuhan Yesus menguduskan diriNya bagi murid-muridNya, dan orangtuapun harus menguduskan dirinya bagi anak-anaknya. Apa maksudnya ? Ini berarti apa yang bisa kita lakukan dengan bebas tidak kita lakukan karena anak-anak kita. Karena mereka melihat kita, dan kita harus mendidik mereka dalam kebenaran.

Orangtua dan anak sama-sama berada dibawah hukum kehidupan dan Meskipun orangtua adalah wakil otoritas Tuhan didalam keluarga, posisi orangtua dan anak setara. Sama-sama wajib taat kepada Tuhan, dan berada dibawah hukum dan prinsip-prinsip kehidupan. Karena itu orangtua tidak boleh seenaknya membuat peraturan yang akan menguntungkan diri sendiri. Peraturan dalam keluarga harus ditaati oleh orangtua dan anak. Hukum yang lebih tinggi yang wajib dituruti oleh semua anggota keluarga.

Hal ini membuat saya paham, mengapa anak saya hanya mau mandi kalau saya sudah mandi terlebih dulu. Ya, dia harus melihat saya pun berada di bawah hukum yang sama dengannya. Sesungguhnya saya ingin dia mandi karena saya sedang mengerjakan pekerjaan yang lain, dan saya ingin satu hal itu (anak mandi) sudah check di jadwal kami.

Charlotte Mason menuliskan bahwa diperlukan 2 hal untuk ketaatan yang tepat pada otoritas :

“The conditions are (1) The adult can’t be rigidly arbitrary, but must give the impression of being so much under authority himself, that the children sense it and understand that he, too, has things he has to comply with. In other words, they need to see that the rules weren’t made for the adult’s convenience.”

“(2) Children should understand that they have the freedom to put to use whatever they learn in any way they choose, without the teacher’s interference. Children will choose, and they will be glad to do their work. Therefore, there’s no need to use coercion or pep talks to try to gain their cooperation.”

Syarat kedua memberikan kebebasan pada anak untuk memilih, sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya. Anak bisa taat pada peraturan dengan cara yang dia pahami. Standar yang dia miliki akan berbeda dengan orang dewasa, namun bila dia merasa memiliki hal itu, anak akan bangga menaatinya. Orangtua wajib menunjukkan terlebih dulu dengan detil apa yang diharapkan dan menerima batasan kedewasaan anak.

Luar biasa.

Hal yang menjadi momok dalam parenting, perihal anak yang tidak mau taat ternyata menyimpan kedalaman pembahasan. Dan ini tidak melulu bersumber pada diri anak. Orangtua pun ada andil didalamnya. Bila orangtua mau memeriksa diri dan peraturan-peraturan yang ada dalam keluarga, mungkin ada banyak hal tersembunyi yang akan tersingkap.

Leave a comment